FARRAH MEUTIA
Jurusan: TARBIYAH
Prodi : PBI
ZAWIYAH
COT KALA LANGSA
2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan perhatian, teman dan
kasih sayang dari sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan
dan hubungan, diantaranya hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan
lainnya. Maka demi mencapai kebutuhan tersebut adalah fitrah untuk selalu
berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam sangat memahami hal tersebut,
oleh sebab itu hubungan persaudaraan harus dilaksanakan dengan baik.
Hubungan persaudaraan sesama muslim mempunyai kewajiban untuk saling
membantu, saling menghormati, menjenguk ketika sakit, mengantarkan sampai ke
kuburan ketika meninggal dunia, saling mendoakan, larangan saling mencela,
larangan saling menghasud dan lain sebagainya.
Semangat persaudaraan di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena
Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur
baik-buruknya suatu hubungan.
Dalam hadits Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersaudara dengan
seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di
surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dariamalnya.” ( HR. Muslim).
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Persaudaraan Muslim.
عن النعما ن بن بشير رضى الله عنهما
قا ل : قا ل رسو ل الله صلى الله عليه وسلم : تر ى المؤ منين فى تراحمهم وتوا دهم وتعا طفهم كمثل الجسد اذا
اشتكى عضو تداعى سا ئر جسده بالسهر و الحمى . (اخرجه البخارى : كتاب الأدب : – باب
رحمة الناس والبهائم
Artinya :
“An-Nu’man bin
Basyir berkata, Nabi SAW. Bersabda, ‘Anda akan melihat kaum mukminin dalam
kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika
satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya
sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur.” (Dikeluarkan oleh
Bukhari : (78) kitab “Tatakrama”, (27) bab: “Kasih sayang kepada Manusia dan
Binatang”).[1]
Hadits di atas menggambarkan hakikat antara hubungan sesama kaum muslimin
yang begitu eratnya menurut Islam. Hubungan antara mereka dalam hal kasih
saying, cinta, dan pergaulan diibaratkan hubungan antara anggota badan, yang
satu sama lain saling membutuhkan, merasakan, dan tidak dapat dipisahkan. Jika
salah satu anggota badan tersebut sakit, anggota badan lainnya ikut merasakan
sakit.
Dalam hadits lain dinyatakan bahwa hubungan antara seorang mukmin dengan
mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi. Bangunan tidak
akan berdiri kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak. Hal itu
menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesame umat Islam.
Itulah salah satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum mukmin dalam
berhubungan anatara sesame kaum mukminin. Sifat egois atau mementingkan diri
sendiri sangat ditentang dalam Islam. Sebaliknya umat Islam memerintahkan
umatnya untuk bersatu dan saling membantu karena persaudaraan seiman lebih erat
daripada persaudaraan sedarah. Itulah yang menjadi pangkal kekuatan kaum
muslimin, setiap muslim merasakan penderitaan saudaranya dan mengulirkan
tangannya untuk membantu sebelum diminta yang bukan didasrakan atas “take and
give” tetapi berdasarkan Illahi.
Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau
bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh
bangsa Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi
setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir
maupun batin, merka dapat bersatu.
Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an,
ada empat macam bentuk persaudaraan :
1.
Ukhuwah ‘ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dan ketundukan kepada Allah.
2.
Ukhuwah Insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara karena berasal dari seorang ayah dan ibu.
3.
Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4.
Ukhuwah fi ad-din al-Islam, persaudaraan muslim. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Kalian
adalah saudara-saudaraku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah
(wafat)ku.”
Persaudaraan dalam Islam mengandung arti cukup luas tetapi persaudaraan
antar sesama muslim adalah pertama dan sangat utama. Sebagiamana disebutkan
dalam ayat :
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr&
4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya :
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurat : 10).
Dalam syari’at Islam banyak ajaran yang mengandung
muatan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat
Islam, seperti zakat, qurban, ibadah haji, shalat berjamaah, dan lain-lain.
B.
Memelihara Silaturahmi.
Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan
Rahim (Rahim perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, kata al-Arham
(rahim) diartikan sebagai Silaturahmi. Namun pada hakikatnya silaturahmi
bukanlah sekedar hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan sesama
muslim. merupakan bagian dari silaturrahmi, sehingga Allah SWT mengibarat kan
umat Islam bagaikan satu tubuh. Sebagaimana firman-Nya :
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (49:10).
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam
pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap
pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu
menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang
selalu.
Orang yang selalu bersilaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan
relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu factor yang akan menunjang
kesuksesan seseorang dalam berusaha. Selain dengan banyaknya teman akan
memperbanyak saudara dan berarti pula ialah meningkatkan ketakwaan kepada
Allah. Hal ini karena telah melaksanakan perintah-Nya, yakni menghubungkan
silaturahmi. Bagi mereka yang bertakwa Allah akan memberikan kemudahan dalam
setiap urusannya. Allah SWT berfirman :
4 4 `tBur ö@©.uqtGt n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾ÍnÌøBr& 4 ôs% @yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ
Artinya :
“Barang siapa
yang bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka”. (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
Bagi mereka yang suka silaturahmi akan dipanjangkan usianya adalah sangat
logis meskipun memerlukan pemahaman dan persepsi yang berbeda. Memang benar
umur manusia itu sudah dibatasi dan tidak ada seorang pun yang mampu mengubah
kehendak Allah. Akan tetapi dengan banyaknya silaturahmi, akan banyak berbuat
kebaikan dengan sesama manusia yang berarti pula akan semakin banyak
mendapatkan pahala. Banyak silaturahmi pun akan menumbuhkan rasa kasih sayang
anatra sesama dan menimbulkan ghairah hidup tersendiri karena ia banyak saudara
yang akan bahu membahu dalam memecahkan berbagai problematika hidup yang selalu
mengikuti manusia.
1. Keutamaan Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم : مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ
لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أَخْرَجَهُ
اَلْبُخَارِيُّ).
Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : “ Barang
siapa yang ingin di luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya
ia menyambung silaturahmi”. ( H.R Bukhari)
Hadits yang agung ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan
silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan;
yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan
tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
.وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ
لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
Artinya:
“Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban para
ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya:
Pertama, Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan
berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal
yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua, Berkaitan
dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan
semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun.
Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40
tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan
menyambung silaturahim ataukah tidak).
Demikian ini ditinjau dari ilmu
Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada tambahannya. Bahkan
tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu makhluk, maka
akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Ketiga, Yang dimaksud,
bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah
mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if
(lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi,
bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]:
Keutamaan
silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
Pertama, Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman.
Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam
hadits Abu Hurairh, beliau bersabda, dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya
oleh allah
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua, Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala .
Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam ,
Artinya: “Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai
menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang
berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau
ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?”
Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah
ungkapan dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam
uraian beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan
rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang
dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga, Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga
dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam,
Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata,
seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat
memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah
Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
bersilaturahmi.”
C. Larangan
Memutuskan Silaturahmi.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa hubungan sesame manusia tidaklah selamanya
baik, ada problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan,
pengorbanan, dan sekaligus perlombaan anatar sesama manusia. Tidak heran kalau
terjadi gesekan antar sesama dan tidak mungkin dapat dihindarkan.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang
hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan
saling manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering
mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya
menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus
adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan
kekerabata. Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi
ia telah melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
1.
Bahaya memutuskan silaturrahim
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم : لاَ يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ (مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ)
Dari Jubair bin
Muth’im ra. Ia berkata : bersabda Rasulullah saw. : “Tidak akan masuk surga
orang yang memutuskan hubungan”. (Mutafaqun ‘alaih)
Orang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh Allah.
Dosa yang dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah
memutuskan silaturahmi (selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan
silaturahmi doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan
silaturahmi tidak akan masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang
memutus silaturahmi, maka kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.
Allah berfirman:
ö@ygsù óOçFø|¡tã bÎ) ÷Läêø©9uqs? br& (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqãèÏeÜs)è?ur öNä3tB$ymör& ÇËËÈ y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# ãNßgoYyès9 ª!$# ö/àS£J|¹r'sù #yJôãr&ur öNèdt»|Áö/r& ÇËÌÈ
Artinya:
“Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang dila'nati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka" (QS. Muhammad :22-23)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya :"Tidaklah
seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah
akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat
kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal."
Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak
berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata," Allah
nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian"." (HR.
Ahmad)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya : "Tidak
ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta
yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali
silaturahmi" (HR Tirmidzi)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Artinya : "Rahmat
tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan
tali silaturahmi (HR Muslim).
2.
Larangan memutuskan
silaturrahim
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ
يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي
يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Abu Ayub ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : “tidak di halalkan
bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari, sehingga jika bertemu
saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya adalah yang mendahului memberi
salam”. (Mutafaqqun ‘alaih)
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan
pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan
lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim
dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya.
Dan Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan
menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat
kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang
kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah
ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung
hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan
dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan
silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan di
antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya,
menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah
juga akan memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan
hubungan dengannya maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan
menjadikannya buta dan tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang
mendapatkan laknat maka sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat
Allah Ta’ala yang Maha Luas.
Dampak yang ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah
besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah
beribadah dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih
memutus tali silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka
amalannya tidak ada artinya di sisi Allah SWT.
2.
Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW : "Terdapat 5
(lima) macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai
suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam
saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi
makmumnya."
3.
Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada
orang yang memutuskan silaturahmi."
Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan
masuk surga. Sabda Rasulullah SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak
akan masuk surga, yaitu : orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan
tali silaturahmi dan orang yang membenarkan perbuatan sihir."
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah satu lanadsan utama yang
mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau
akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa Arab yang sebelum Islam selalu
berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka menganut agama Islam dan
memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin, merka dapat bersatu.
Betapa penting silaturahmi dalam
kehidupan umat islam terutama dalam pendidikan. Hal ini karena menyambung
silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal hidup di dunia dan
akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya
dalam arti akan dikenang selalu.
B.
Saran
Untuk menjaga keutuhan masyarakat
dan keutuhan bangsa kita yang dipenuhi dengan keberagaman, hendaknya
bersama-sama kita menumbuhkan rasa Ukhuwah dan hal lainnya agar apa yan kita
dan bangsa kita cita-citakan dapat terwujud.
Mudah-mudahan
makalah ini dapat menjadi salah satu bacaan yang dapat memberikan manfaat bagi
para pembacanya. Dan semoga kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini, tidak ditemukan lagi pada makalah-makalah selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama pada
dosen mata kuiah ini, agar dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih
baik. Atas kritik dan saranya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alkamil, http://www.alkamil.8k.com/taujihat/Taujihsilaturahim.html
Marfiansyah,http://www.marfinsyah.co.cc/2011/01/hadist-keutamaan-silaturahmi.html
Ilahi Fadli Syaikh,
http://www.almanhaj.or.id/content/964/slash
http://pujihpoltekkes.wordpress.com/2010/12/09/silaturahmi
www.jamal-alfath.blogspot.com/silaturahmi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar