Sabtu, 19 Maret 2016

Pola Perkembangan Dakwah di Indonesia

Disusun
Oleh

FARRAH MEUTIA

Jurusan : TARBIYAH
Prodi : PBI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
ZAWIYAH COT KALA LANGSA
2013 / 2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.
Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke-13 M sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam.
Menurut Tome Pires, masyarakat yang masuk Islam di Maluku dimulai kira-kira tahun 1460-1465 M. Mereka datang dan menyebarkan pembelajaran Islam melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim yang kemungkinan berasal dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Pada abad ke-16 di daerah Goa sebuah kerajaan terkenal di daerah itu telah terdapat masyarakat muslim.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pola perkembangan dakwah pada awal kemerdekaan.
2.       Pola perkembangan dakwah pada masa kemrdekaan.



BAB II
PEMBAHASAN
Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.
Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.
Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.
Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:
1.      Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.
2.      Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa Tengah.
3.      Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.



A.    Awal Kemerdekaan
Setelah berhasil menghancurkan  kekuatan penjajahan Belanda dan Jepang, maka terbukalah peluang bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun perjalanan bangsa ini untuk selanjutnya masih panjang. Khsusu bagi perjuangan kaum muslimin tidak berhenti sampai disini,akan tetapi banyak sekali yang harus di perjuangkan dalam menegakkan Islam,dan melakukan ini tidaklah mudah,banyak rintangan dan halangan yang harus dihadapi.
Degan adanya prolakmasi kemerdekaan, pada tanggal 22 Oktober 1945, NU mengelurkan resolusasi jihad untuk mempertahankan tanah,air, bangsa dan agama.resolusasi itu berisikan permohonan kepada pemerintah RI supaya menentukan sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang membahayakan kemerdekaan agama dan Negara Indonesia, teutama pada pihak belanda dan kaki tangannya.dan supaya memerintakan kepada ummat Islam untuk melanjutkan perjuangan fisabililah  dalam tegaknya RI merdeka dan agama Islam.
Pasca kemerdekaan Indonesia justru terpuruk, antara tahun (1959-1965) yang mana masa itu adlah masa orde lama dimana presiden soekarno mencanangkan pemerintahan berbentuk demokrasi terpimpin. Dalam artian seluruh kekuasaan berada dalam keputusan presiden.para pemimpin nasional seperti Mochtar Lubus, Mr. Assaat. K.H. Ansori DLL. Yang bersikap kritis terhadap politik demokrasi terpimpin, di tangkap dan di penjarakan tanpa proses pengadilan.puncak dari masa kegelapan ini adalah pecahnya pemberontakan g. 30 s. PKI.
Sesudah pemberontakan dapat di hancurkan datanglah zaman baru yang membawa banyak harapan. Yaitu orde baru yang bertekad melaksanakan pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen. Pada masa inilah para pemimin bangsa yang di penjarakan masa rezim lama di bebaskan. Dan inilah masa baru bagi agama Islam di Indonesia, di mana para pemimpin nasional Islami seperti mohammad natsir dan prawoto mangkusasmito yang dulunya berpangku tangan mulai ikut aktif merancang gagasan untuk berpartisipasi penuh di pemerintahan orde baru tersebut.
Awal perjalanan dakwah dua tokoh nasionalis Islami ini adalah memintah pada pemerintahan orde lama untuk merehabilitasi partai politik masyumi yang telah secara paksa di bubarkan oleh peerintahan orde lama. Tapi atas pertimbangan beberapa pihak partai politik ini tetap di bubarkan. Keputusan ini tidak membuat tokoh-tokoh nasionalis Islam berputus harapan.bagi mereka aktivitas hidup ini hanya untuk beribadah dan berdakwah untuk mencapai keridhoan illahi. Dan berkecimpung di lapangan politik merupakan bagian dari ibadah dan dakwah. Maka ketika mereka tidak lagi dapat kesempatan dalam dunia politik jalan ibadah dan dakwah yang lain masih terbuka sangat lebar. Dalam kata-kata pak natsi dulu “dulu berdakwah melalui jalur politik, sekarang berpolitik melalui jalur dakwah”.
Pada tanggal 26 februari 1967 atas undangan pengurus masjid AL Munawwarah Kampung Bali Jakarta Pusat. Para ulama’ dan zuama’ berkumpul musyawarah, membahas, dan menilai beberapa masalah terutama dengan usaha pembangunan umat. Dan usaha mempertahankan aqidah yang ada dalam kesimpangsiuran kekuatan yang ada dalam masyarakat. Musyawarah menyimpulkan dua hal sebagai berikut:
1.    Meyatakan syukur atas hasil yang di capai dalam usaha-usaha dakwah yang secara terus menerus di lakukan oleh beberapa kalangan umat.
2.    Memandang perlu untuk meningkatkan hasil dakwah hingga taraf  yang lebih tinggi.
B.     Masa Orde Lama
Masa orde lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap dalam sejarah kehidupan kebangsaan indonesia. persiden sukarno mencanangkan konsepsi presiden yang secara operarional terwujud dalam bentuk demokrasi terpimpin. demokrasi terpimpin memusatkan seluruh kekuasaan ditangan Presiden. para pemimpin nasional Mochtar Lubus, k.h. Isa Anshari, Mr. Assaat, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Boerhanoeddin Harahap, S.H., M. Yunan Nasution, Buya Hamka, Mr, Kasman Singodimedjo dan K.H E.Z. Muttaqin yang bersikap kritis terhadap politik demokrasi terpimpin, ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan. puncak dari masa penuh kegelapan itu ialah pecahnya peberontakan berdarah G.30.s/PKI.
Sudah seluruh kekuatan bangsa yang antikomunis bangkit menghancurkan pemberontakan tersebut, datanglah zaman baru yang membawa banyak harapan. yaitu era orde baru yang bertekad melaksanakan pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen. pada masa inilah, para pemimpin bangsa yang di penjarakan oleh rezim orde lama, dibebaskan.
Para pemimpin nasionalis Islam yang pada dasarnya tidak dapat duduk berpangku tangan, seperti Mohammad Natsir dan Prawoto Mangkusasmito mulai merancang gagasan untuk berpartisipasi penuh mendukung pemerintahan Orde Bari. Pada mulanya mereka mengharapkan pemerintah bersedia merehabilitasi partai politik masyumi yang dipaksa membubarkan diri oleh Presiden Sukarno. Musyawarah nasional III persatuan sarjana hukum Indonesia (persahi) menyatakan: “bahwa pembubaran masyumi, partai sosialis indonesia (psi) dan kesatuan aksi mahasiswa indonesia (kami), yuridis formal tidak syah, dan yuridis material tidak beralasan”. namun, pembubaran masyumi, ternyata bukanlah masalah hukum semata-mata. pembubaran tersebut adalah masalah politik. oleh karena itu ketika permintaan tersebut. oleh berbagai pertimbangan tidak dapat dipenuhi pemerintah, tokoh-tokoh nasionalis Islami itu tidak ngotot, juga tidak berputus harapan
Bagi mereka, aktivitas hidup ini semata-mata dalam rangka beribadah dan berdakwah untuk meraih keridhaan ilahi, kerceimpung di lapangna politik,bagi mereka merupakan bagian dari ibadah dan dakwah. Maka ketika mereka tidak lagi mendapat kesempatan untuk berkiprah di lapangan politik, jalan ibadah dan dakwah dalam bentuk lain masih terbuka sangat lebar. dalam kata-kata pak natsir, dulu berdakwah lewat jalur politik, sekarang berpolitik melalui jalur dakwah.
Demikianlah maka pada 26 Februari 1967, atas undangan pengurus masjid Al-Munawarah,Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, para alim ulama dan zu’ama berkumpul untuk bermusyawarah, membahasa, meneliti, dan menilai beberapa masalah, terutama yang rapat hubungannya dengan usaha pembangunan umat, juga tentang usaha mempertahankan aqidah didalam kesimpangsiuran kekuatan-keuatan yang ada dalam masyarakat.
Musyawarah menyimpulkan dua hal sebagai berikut: menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah dicapai hingga kini dalam usaha-usaha dakwah yang secara terus menerus dilakukan oleh beerbagai kalangan umat, yakni para alim ulama dan para muballiqh secara pribadi, serta atas usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi dakwah. Memandang perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga taraf yang lebih tinggi sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang dikerahkan dan banyak tenaga batin yang dicurahkan dalam rangka dakwah tersebut.
Dalam menampung masalah-masalah tersebut, yang mengandung cakupan yang cukup luas dan sifat yang cukup kompleks, maka musyawarah alim ulama itu memandang perlu membentuk suatu wadah yang kemudian dijelmakan dalam sebuah yayasan yang diberi nama dewan dakwah Islamiyah indonesia disingkat dewan dakwah. pengurus pusat yayasan ini berkedudukan di ibu kota negara, dan dimungkinkan memiliki perwakilan di tiap-tiap ibu kota daerah tingkat serta pembantu perwakilan di tiap-tiap daerah tingkat ii seluruh indonesia.
Dimana perlu dan dalam keadaan mengizinkan, dewan dakwah dapat tampil mengisi kekosongan, antara lain menciptakan suatu usaha berbentuk atau bersifat dakwah, usaha mana sebelumnya belum pernah diadakan, seperti mengadakan pilot projek dalam bidang dakwah.
Faktor eksternal, utamanya oleh pere­kayasaan sosial dan politik dari pihak penguasa. Kecendrungan erosi fungsional dan mengakarnya sifat ketergantungan serta “hanyut mengikuti arus” lebih menonjol. Bisa jadi karena perekayasaan politik datang dari luar. Perekayasaan politik oleh pihak yang selalu berupaya melumpuhkan peranan politik rakyat dan umat Islam khususnya, terasa amat efektif berlaku sejak awal dasawarsa 1960-an. Kenyataannya tampak pada, proses pembangunan sangat berorientasi pada aspek ekonomi dan sangat pragmatik. Langsung maupun tidak langsung, keadaan ini berpengaruh pada proses pengumpulan pandangan ideologis masyarakat Indonesia.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa dakwah pada masa penjajahan sampai kemerdekaan di lakukan oleh para ulama’ melalui jalur pemerintahan. Para ulama’ memanfaatkan kedudukan yang mereka miliki untuk berdakwah menyebarluaskan ajaran agama Islam di Indonesia khususnya. Masa orde lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap dalam sejarah kehidupan kebangsaan indonesia. persiden sukarno mencanangkan konsepsi presiden yang secara operarional terwujud dalam bentuk demokrasi terpimpin. demokrasi terpimpin memusatkan seluruh kekuasaan ditangan presiden. Kepatuhan politik umat kepada penguasa bersifat relatif dan kondisional, maksudnya adalah satu kondisi umat berhak patuh dan berhak pula tidak patuh kepada penguasa. Pada kondisi lain umat berhak patuh sepanjang penguasa melaksanakan politik umat yang terdiri dari tegaknya kebenaran, terciptanya keadilan. Meratanya kesejahtraan dan kemakmuran umat, serta terwujudnya kehidupan politik  bangsa yang demokratis

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya, penulis ucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
M.Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia, Kurnia Kalam Semesta, Jakarta, 1999
Ma’ruf Misbah Dan ja’far Sanusi, Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang,1997
Bakhtiar Efendi, Islam Dan Negara, Paradigma, Jakarta, 1998
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo, Persada , Jakarta,1997

1 komentar:

  1. Find the Best Casino In the World - Dr.MD
    Looking 오산 출장샵 for a casino in the US? 남양주 출장안마 Dr.MD is a 여수 출장샵 travel and travel resource that helps you find the best and most 파주 출장안마 suitable casino resort 의정부 출장마사지 for you in the

    BalasHapus